Sabtu, 02 Juli 2011

Tips menurunkan kadar trigliserida tanpa obat dan suplemen berdasarkan pengalaman pribadi

Sejak awal tahun 2000, karena ada program Medical check up (MCU) dari kantor saya rajin diperiksa kesehatan minimal 2 tahun sekali. Alhasil diketahui kadar kandungan kolesterol dan trigliseridaku cukup tinggi, selalu diambang batas. Saya gak akan membahas apa itu kolesterol karena sudah banyak artikel yang membahasnya. Nah sekarang apa itu trigliserida? Trigliserida bukan kolesterol melainkan adalah kandungan lemak yang terkandung di dalam darah kita yang dikemas dalam bentuk partikel lipoprotein. Makanya biasa disebut juga lemak darah. Pengukuran kadar trigliserida mesti dikerjakan setelah puasa selama 12-14 jam. Di Amerika Serikat patokan nilai yang digunakan adalah berdasarkan rekomendasi yang berasal dari National Cholesterol Education Program, sebagaimana tersebut di bawah ini:
- Acceptable (dapat diterima) kurang dari 200
- Borderline high (perbatasan tinggi) 200-400
- Tinggi 400-1000
- Sangat tinggi lebih tinggi dari 1000.

Naiknya kadar trigliserida darah memiliki kaitan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner, khususnya pada mereka yang juga menderita problem kesehatan lain seperti kencing manis. Kadar HDL yang rendah sering muncul bersamaan dengan kenaikan trigliserida. Suatu kombinasi yang menaikkan risiko penyakit jantung koroner. Kombinasi ini juga merupakan bagian sindrom X. Sindrom X yang sedang banyak dibicarakan, merupakan problem kesehatan serius yang menyerang banyak masyarakat kita.
Sindrom ini terdiri dari kumpulan gejala-gajala: tingginya kadar trigliserida, rendahnya level kolesterol HDL, tekanan darah tinggi, dan mencuatnya kadar gula darah.

Menurut beberapa literatur, ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi tingginya kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, makanan berlemak jenuh tinggi, makanan yang tinggi glukosa / karbohidrat serta minuman alkohol. Namun berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, faktor kegemukan bukan salah satu penyebab melainkan faktor genetik yang lebih berperan. Apa sebab? Dalam beberapa kasus, banyak yang badannya gemuk dan jarang olah raga tapi kadar trigliseridanya rendah, tapi banyak juga yang badannya sedang2 saja dan rajin berolah raga tapi tetap saja mempunyai kadar trigliserida tinggi.

Nah, setelah saya diketahui memiliki kadar kolesterol dan trigliserida tinggi, biasanya sehabis medical check up (MCU) saya diberi pengantar untuk mengkonsumsi obat dan dianjurkan diet makanan yang mengandung kolesterol dan lemak yang tinggi dan memperbanyak makanan yang kaya dengan serat seperti sayuran dan buah-buahan. Sayapun jadi terbiasa untuk memilah dan memilih makanan yang akan dikonsumsi baik untuk cemilan maupun makan pagi/siang/malam.

Hasilnya?
Memang kadar kolesterol turun sampai batas normal, tapi kadar trigliserida masih tetap jauh diatas ambang yakni masih di kisaran 400an lebih. Lalu di MCU berikutnya, saya diberi obat untuk menurunkan kadar si trigliserida ini dan dianjurkan olah raga rutin. Selain itu obat-obatan itu, beberapa suplemen seperti ekstrak bawang putih pun dilahap, bahkan kadang2 bawang putih mentah dimakan bareng dengan nasi. Sementara olah raga yang dilakoni yakni mulai dari pingpong (tenis meja), futsal dan yang rutin adalah jogging pagi hari sekitar 15-30 menit sebelum ke kantor. Dan kegiatan rutin ini sudah berlangsung beberapa tahun.

Hasilnya?
Memang terjadi penurunan kadar trigliserida di kisaran 300an, namun masih tetap masuk kategori belum aman. Dan ketika saya menghentikan konsumsi obat, namun masih rutin olah raga hasilnya malah naik lagi di kisaran 400an lebih. Hal ini dilakukan karena saya tidak ingin ada ketergantungan pada obat. Nah dari sinilah saya mulai berpikir apakah memang tubuh saya ini terlalu banyak menghasilkan trigliserida. Seiring dengan waktu, saya pun mencari-cari literatur tentang trigliserida ini. Akhirnya saya menemukan kalimat: trigliserida merupakan efek samping yang sering diabaikan dari diet rendah karbohidrat banyak. Karbohidrat?? Bukankah nasi merupakan sumber utama karbohidrat untuk masyarakat Indonesia (beda kasus untuk masyarakat luar yang makanannya roti). Akhirnya saya mulai mengurangi porsi asupan nasi, jadi yang biasanya makan satu porsi, sekarang nasinya hanya setengah.

Hasilnya?
Berhubung saya sibuk sering ke luar kota, jadi olah raga rutin setiap pagi bisa dikatakan sudah jarang. Namun kadar trigliserida turun ke level 300an. Lalu saya berpikir, kalau menghentikan total makan nasi memang susah, dikurangi juga masih tetap lapar malah larinya jadi ngemil. Akhirnya saya berpikir, kalau mengurangi makan nasi biasanya 3 kali jadi 2 kali kenapa tidak dicoba? Akhirnya jadilah kebiasaan, makan hanya pagi-pagi dan siang hari. Sedangkan malam hari cukup makan buah-buahan atau sayuran tanpa daging/telor. Kebiasaan ini mulanya dicemoohkan beberapa rekan saya. Ada yang menganggap terlalu hemat lah....mengirit lah.....lalu nanya apa tidak lapar..... Dan anggapan saya kalau selama bulan puasa bisa nahan makan selama siang hari kenapa tidak untuk malam hari toh malah hari hanya untuk tidur saja?

Lalu bagaimana hasilnya?
Alhamdulillah, meskipun tetap jarang berolah raga karena sering bepergian, tapi kadar trigliserida sudah bisa meluncur drastis ke level 200an. Memang masih diluar batas ambang normal tapi kalau dibarengi dengan olah raga rutin, Insya Allah bisa turun ke level normal.

Mau mencoba?